Nama
: murdiono
Npm : 11110137
Akusala Cetasika 14
Dalam keseharian kita tidak
terlepas dari berbagai macam kondisi, salah satunya yaitu berhubungan dengan
pihak lain, atau lebih tepatnya dengan mahluk lain. Disaat kita berinteraksi
dengan pihak lain maka akan muncul kondisi atau keadaan yang akan membawa kita
kedalam situasi pikiran yang bermacam – macam dan menimbulkan kesan yang
bermacam – macam pula, sesuai dengan keadaan yang terjadi. Baik itu berupa
kesan yang menyenangkan atau yang tidak menyenangkan, apabila menyenangkan kita
akan merasa bahagia dan sebaliknya apabila tidak menyenangkan maka kita akan
segera menolak kondisi yang terjadi. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa ada
dua macam pikiran seperti tersebut diatas yaitu pikiran yang baik dan pikiran
yang tidak baik yang akan dibahas pada saat ini adalah yang tidak baik.
Apabila dalam diri seseorang
timbul pikiran yang tidak baik pada saat orang tersebut merasakan atau
mengalalmi ketidaknyamanan, maka dalam pikiran yang tidak baik itu
terdapat bentuk – bentuk batin yang tidak baik pula, bentuk batin yang tidak
baik dan menyertai pikiran yang tidak baik inilah yang disebut dengan Akusala
cetasika, dan dalam Akusala cetasika ini terdapat pembagian sebanyak empat
belas macam cetasika, oleh karena itu Akusala cetasika ini disebut dengan
Akusala cetasika 14, yang mana dari keempat belas jenis ini dikelompokkan
menjadi lima kelompok yaitu :
Ø Mocatuka
Cetasika 4
Mocatuka
cetasika berarti bentuk-bentuk batin dan moha cetasika menjadi pemimpin.
Mocatuka
cetasika terdiri atas empat jenis yaitu :
14. Moha
bukan berarti bodoh atau tidak pintar, moha merupakan lawan dari paῆῆā sehingga
akan memiliki arti sebagai tidak memiliki kebijaksanaan. Jadi moha terdapat
juga pada batin orang yang pandai.
Cirinya adalah kebutaan
batin atau tanpa pengetahuan, fungsinya adalah tanpa penembusan, atau
menutupi keadaan obyek yang sebenarnya, manifestasinya adalah kebutaan batin
sebab yang terdekat adalah perhatian pada hal yang tidak baik.
Secara umum moha adalah
ketidak-tahuan akan sesuatu sebagai benar atau salah, secara khusus moha adalah
ketidak-tahuan yang menghalangi batin akan segala sesuatu sebagaimana adanya
yaitu bersifat tidak kekal, tidak memuaskan, dan tanpa jiwa yang kekal.
Ada dua jenis moha, yang pertama
Anusaya moha yaitu moha yang secara laten ada dalam batin seseorang. Moha
inilah yang menutupi batin manusia duniawi sehingga tidak mampu melihat segala
sesuatu apa adanya, karena tertutupi maka batin manusia duniawi tidak mampu
menembus tiga ciri umum, hukum kamma dan akibatnya, empat kebenaran mulia, hukum
sebab musabab yang saling bergantungan.Yang kedua adalah pariyuṭṭhāna moha
yaitu moha yang muncul dan menutupi batin seseorang sehingga tidak mampu
mengetahui baik sebagai baik dan buruk sebagai
buruk.
Contoh : seseorang yang memiliki
kemampuan untuk membuat sebuah program komputer itu berarti ada kepintaran
didalam dirinya akan tetapi karena kesenangannya untuk membuat heboh maka yang
dibuat bukanlah program komputer yang akan bermanfaat bagi orang banyak
melainkan virus komputer yang akan membuat orang lain susah.
15. Ahirika
berarti tidak merasa malu , yaitu tidak mempunyai rasa malu untuk berbuat
jahat.
Cirinya adalah
tidak merasa jijik (ajigucchana) dan tidak merasa malu (alajjā) pada perbuatan
jahat dan hal buruk lainnya.
Perbuatan jahat yang dilakukan
oleh seseorang jelas akan mengakibatkan hal yang tidak baik pula bagi
pelakunya, perbuatan jahat diibaratkan dengan kotoran dan ahirika
diibaratkan seperti babi, dari sini dapat dilihat bahwa seekor babi tidak
merasa jijik dengan kotoran bahkan seekor babi menyukai untuk berada
dekat dengan kotoran-kotoran, oleh karena itu seseorang yang memiliki rasa
malu,takut untuk berbuat jahat karena sebelum mereka melakukan suatu perbuatan
yang tidak baik mereka sudah mengetahui dampak dari apa yang akan dilakukan dan
sebaliknya seseorang yang tidak takut pada perbuatan jahat maka akan merasa
biasa saja atau merasa tidak bersalah atas perbuatan jahatnya.
Contoh
: seorang pencuri tahu akibat akan perbuatannya bila ketahuan akan di habisi
oleh massa yang melihatnya dan bila tertangkap pastilah di penjara.
16. Anottappa
berarti tidak ada takut dan nekat, yaitu tidak mempunyai rasa takut kan akibat
dari perbuatan jahat yang dilakukan, sedangkan nekat berati berani unuk berbuat
kejahatan.
Cirinya adalah
tidak takut pada akibat perbutan jahat, dan tidak gentar pada akbat perbuatan
jahat.
Contoh : seorang calon ibu
membunuh calon anak yang ada dalam kandungannya dengan melakukan aborsi
hanya karena terpikir bahwa dia tidak sanggup untuk membiaya kehidupan
anaknya kelak.
Anottappa
ada empat jenis :
1. Attānuvāda bhaya
(bahaya disalahkan diri sendiri)
Seseorang diliputi
rasa bersalah akan kehilangan rasa hormat pada dirinya, dan tidak
mampu menghargai dirinya dengan baik yang kemudian hal ini menjadi beban
pikiran. Dia selalu dibayangi pikiran buruk karena dirinya tidak seperti
yangdibayangkan orang lain, orang lain menganggap dia baik tapi
sanubarinya tahu bahwa dirinya tidak sperti itu.
2. Parānuvāda
bhaya (bahaya disalahkan orang lain)
Selama orang lain belum
tahu apa yang telah diperbuat, maka mereka tidak akan
menyatakan apa-apa namun apabila orang lain mengetahui apa yang
telah dilakukan, maka orang lain akan menyalahkan dirin ya, perasaan
takut akan disalahkan oranglain akan menjadi beban pikirannya.
3. Daṇḍa
bhaya (bahaya hukuman)
Pelaku kejahatan akan selalu
merasa takut akan hukuman yang dijatuhkan padadirinya baik oleh masyarakat
maupun pengadilan
4. Dugati
bhaya (bahaya terlahir dialam
menyedihkan)
Pelaku kejahatan akan selalu
merasa takut pada saat menjelang ajal, karena mereka takut telahir
dineraka akibat perbuatan jahatnya, perasaan takut ini yang akan menjadi beban
pikirannya.
17. Uddhacca
berarti kegelisahan atau kekacauan pikiran yaitu, kegelisahan
berkenaan dengan sebuah obyek.
Cirinya tidak tenang,
fungsinya memposisikan batin selalu tidak tetap, manifestasinya adalah
kebingungan dan sebabterdekatnya adalah perhtian pada hal yangtidak baik.
Contoh : karena tidak
tercapai sebuah keinginan seperti ingin memiliki motor baru tetapi tidak
terbeli selalu saja ada halangan dari uang yang terkumpul sehingga di setiap
malam sebelum tidur terbayang-bayang bahwa sedang mengendarai motor
dan dalam tidurnya selalu terbangun bahwa motor itu hilang.
Ø Lotika
Cetasika 3
Lotika Cetasika bentuk-bentuk
batin dan lobha cetasika menjadi pemimpin, dan lotika cetasika terdiri atas
tiga jenis yaitu :
18. Lobha
berarti kerinduan atau mendambakan diri sendiri atau melulu serakah yaitu
keterikatan pikiran pada objek-objek.
Cirinya adalah mencengkeram
objek bagaikan mengikat monyet, fungsinya adalah melekat bagaikan sepotong
daging yang dimasukkan kedalam panci yang panas, manifestasinya tidak melepas
bagaikan polesan minyak pada baju, sebab yang terdekat adalah melihat
kesenangan pada segala hal yang membelenggu.
Lobha
ada lima jenis :
1. Pema
(keterikan pada rasa sayang)
Pema berarti rasa sayang antara
: suami istri, orang tua dengan anak-anaknya, saudara dan
teman, dimana rasa sayang ini menjadi belenggu (saṁyojana) yang
mengikat satu dengan yang lainnya.
2. Taṇhā
(keterikatan pada kerinduan)
Taṇhā
adalah nafsu keinginan atau kehausan yanng merindukan sesuatu (obyek) yang
disenangi.
3. Kāma
(keterikatan pada kesenangan)
Ada lima jenis objek yaitu :
wujud, suara, bau, rasa cicipan, dan sentuhan adalah objek kesenangan indra,
biasa disebutkāmaguṇa (tali yang menyenangkan)
4. Rāga
(keterikatan pada hawa nafsu)
Diantara lima objek kesenangan
indra, maka sentuhan terutama pada saat persetubuhan berlangsung merupakanyang
paling kuat dan paling didambakan.
5. Samudaya
(asal mula dukkha)
Dalam
klasifikasi empat kebenaran mulia, lobha (taṇhā) dikenal sebagai asal mula
dukkha.
19. Diṭṭhi
berarti penglihatan atau pandangan dalam hal akusala cetasika maka yang menjadi
diṭṭhi adalah micchādiṭṭhi yaitu penglihatan keliru atau melihat diri
sendiri secara keliru, atau melulu memandang dengan keliru. Orang yang
berpandangan keliru akan menanggap kekal terhadap sesuatu yang tidak kekal,
yang tidak benar sebagai yang benar.
Cirinya adalah melekat pada
yang buruk , fungsi adalah memegang (maksudnya melakukan
pra-anggap), manifestasinya adalah melekat pada sesuatu yang keliru,
sebab yang terdekatnya adalah enggan melihat para ariya dan hal yang baik-baik
(maksudnya adalahketidakmauan untuk mengunjungi para suciwan, karena
mengunjungi para suciwan mengkondisikan untuk mendengarkan Dhamma yang mencegah
bercokolnya pandangan keliru di dalam batin.)
Dalam pengertian
umum pandangan keliru yang muncul dalam bentuk kekeliruan dalam memahami,
yaitu menginterpretasikan sesuatu dalam cara yang bertentangan dengan
kenyataan.
20. Māna
berarti kesombongan. Orang yang memiliki māna akan merenungkan
nama dan rupa secara salah sehingga menjadi ‘aku’.
Cirinya adalah keangkuhan,
fungsinya adalah mengagungkan diri sendiri, menifestasinya adalah kesombongan
(arogan), sebab terdekatnya adalah keserakahan yang tidak bersekutu
dengan diṭṭhi (pandangan keliru)
Ø Docatuka cetasika 4
Docatuka cetasika berarti
bentuk-bentuk batin yang dipimpin oleh dosa cetasika, dan docatuka
cetasika terdiri dari empat jenis yaitu :
21. Dosa
berarti kebencian yaitu membenci diri sendiri atau melulu penuh kebencian
(pukulan yang berat dari pikiran terhadap objek)
Cirinya adalah keganasan
bagikan bisa ular yang mematikan, fungsinya adalah membakar penopang dirinya
bagaikan api didalam hutan, manifestasinya adalah bagaikan saingan yang
mengambil kesempatan, sebab terdekatnya adalah kesempatan untuk marah.
Dosa
ada dua jenis yaitu :
1. Paṭigha
(kemarahan, kedengkian, atau dendam)
2. Byāpāda
(kemauan jahat)
22. Issa
berarti iri hati bisa juga dikatakan kurang menghargai.
Cirinya tidak mempunyai
perasaan lega terhadap keberuntungan orang lain, fungsinya adalah
ketidaksenangan, manifestasinya adalah keberhasilan orang lain.
23. Macchariya
berarti kekikiran, egois, sikap mementingkan diri sendiri.
Cirinya menyembunyikan
keberhasilan dirinya sendiri, fungsinya tidak toleran untuk berbagi dengan
orang lain karena kekikirannya seseorang menjadi tidak dermawan, dankarena
sikap mementingkan diri sendiri maka seseorang tidak mau menolong orang
lain. Manifestasinya adalah wajah yang cemberut, sebab terdekatnya adalah
keberhasilan diri sendiri.
24. Kukkucca
berarti kekhawatiran maksudnya adalah kekhawatiran terhadap perbuatan
jahatyang telah dilakukan.
Cirinya penyesalan kemudian,
fungsinya adalah meratapi apa-apa yang sudah dikerjakan dan yang belum dikerjakan,
manifestasinya adalah penyesalan, sebab terdekatnya adalah hal yang sudah atau
belum dikerjakan.
Seseorang akan merasa khawatir
jika ia telah melakukan perbuatan tidak baik, atau ia telah melewatkan
kesempatan untuk berbuat baik, atau ia belum selesai berbuat baik.
Kukkucca
ada dua jenis yaitu :
1. Kekhawatiran
yang berkenaan dengan kelupaan, misalnya mau belajarr lupa membawa buku
2. Kekhawatiran
yang berkenaan dengan kejahatan, misalnay marah terhadap orang yang lebih tua
Ø Thiduka
Cetasika
Thiduka cetasika
berarti bentuk-bentuk batin yang dipimpin
oleh thīna cetasika, dan thīna cetasika terdiri dari dua jenis yaitu
:
25. Thīna
berarti kemalasan, yaitu kemalsan dari pikiran, dapat juga
dikatakan sebagai penyakit dari pikiran, orang yang memiliki
sifat thīna ini akan menjadi malas untuk bermeditasi, melakukan puja
bakti, dan hal baik lainnya.
Cirinya tanpa usaha,
fungsinya meninggalkan semangat, manifestasinya adalah keadaanbatin yang
tenggelam .
26. Middha
berarti kelesuan, yaitu kelesuan dari tubuh yang merupakan keadaan tidak normal
dari bentuk mental, bersama dengan kemalasan (thīna) secara berpasangan
(thīnamiddha)merupakan salah satu penghalang dari lima rintangan (nivāraṇa)
Ø Vicikicchā
cetasika
Vicikicchā cetasika berarti
bentuk-bentuk batin yang dipimpin oleh vicikicchā cetasika,
dan vicikicchācetasika terdiri dari satu jenis yaitu :
27. Vicikicchā
cetasika berarti keraguan, yaitu kesulitan atau kelelahan untuk
menentukan kondisi sesungguhnya, dengan kata lain ketidakmampuan untuk
menegaskan bahwa “sudah seharusnya seperti ini”
Cirinya adalah keraguan,
fungsinya adalah menggoyang (keyakinan), manifestasinya adalah tanpa kepastian,
sebab terdekatnya adalah perhatian yang tidak baik,
Analisa
(1) issa
(2) macchariya
(3) macchariya
(4) dosa
(5) issa
(6) macchariya dan Issa
(7) lobha
(8) macchariya
(9) lobha
(10) mana
(11) macchariya
(1) issa
(2) macchariya
(3) macchariya
(4) dosa
(5) issa
(6) macchariya dan Issa
(7) lobha
(8) macchariya
(9) lobha
(10) mana
(11) macchariya
(12)
uddhacca
(13) uddhacca
(14) thina
(15) middha
(16) uddhacca
(17) lobha
tidak termasuk lobha sbg objek
(18) ditthi
(19) kukkucca
(20) kukkucca
(21) kukkucca
(22) dosa
0 komentar:
Posting Komentar